Perbedaan Adalah Rahmat Dari Allah

Oleh. Agus QA
Perbedaan yang terjadi di antara manusia baik dalam urusan agama ataupun urusan dunia sudah sejak dahulu kala ada dan akan tetap ada sampai hari kiamat nanti. Tidak sedikit ayat al-qur’an yang menerangkan hakikat ini. Di antaranya firman Allah:

وَلَوْ شَاء رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلاَ يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ إِلاَّ مَن رَّحِمَ رَبُّكَ وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لأَمْلأنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

“ Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat,  kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. dan untuk Itulah Allah menciptakan mereka. kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) Telah ditetapkan: Sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.” (QS. Huud (11): 118-119).

Rasulullah SAW yang senantiasa kita muliakan sepanjang zaman walaupun kita tidak pernah melihat dan hidup bersama beliau, namun beliau selalu mendambakan keimanan umatnya, hal ini menegaskan pada ayat di atas bahwa beliau  diperintahkan oleh Allah Swt. Seandainya Tuhanmu menghendaki agar manusia berada dalam satu naungan agama yang benar, tentu ia akan menjadikannya, karena tidak ada seorang pun yang dapat melarang dan menghalangi kehendak-Nya. Namun Allah tidak menghendaki hal itu  supaya tampak jelas antara yang baik dan yang buruk. Dalam kehidupan ini manusia  akan selalu berbeda pendapat, orientasi, tujuan dan cita-cita, tetapi orang-orang yang mendapat rahmat dan petunjuk Allah, sesungguhnya mereka tidak akan berbeda pendapat dalam ushul (dasar-dasar) agama yang benar, karena mereka mengetahui dan mengikuti jalan kebenaran.

Hikmah ilahiyah menghendaki agar manusia selalu berbeda pendapat, dan rahmat Allah selalu menyertai mereka selama perbedaan pendapat terus bertujuan untuk mencapai kebenaran. Sebagaimana firman Allah Swt. berikut;

وَإِن كَانَ كَبُرَ عَلَيْكَ إِعْرَاضُهُمْ فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَن تَبْتَغِيَ نَفَقاً فِي الأَرْضِ أَوْ سُلَّماً فِي السَّمَاء فَتَأْتِيَهُم بِآيَةٍ وَلَوْ شَاء اللّهُ لَجَمَعَهُمْ عَلَى الْهُدَى فَلاَ تَكُونَنَّ مِنَ الْجَاهِلِينَ

 “Dan jika perpalingan mereka (darimu) terasa amat berat bagimu, Maka jika kamu dapat membuat lobang di bumi atau tangga ke langit lalu kamu dapat mendatangkan mukjizat kepada mereka (maka buatlah).  kalau Allah menghendaki, tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang jahil.” (Al-An’am (6):35).

Seandainya Allah menghendaki mengumpulkan manusia dalam agama yang benar, niscaya Ia akan melakukannya. Tetapi Ia tidak menghendakinya, karena Allah yang memberi ganjaran yang setimpal kepada mereka yang mengerjakan amal perbuatan buruk dan mereka yang selalu melakukan kebaikan di dunia, maka janganlah menjadi orang-orang yang bodoh terhadap hukum Allah yang berlaku kepada setiap makhluk-Nya (sunatullah).

Bahkan lebih dari itu al-Qur’an telah mengisyaratkan bahwa perbedan yang terjadi demi mempertahankan kebenaran dan mewujudkan keadilan adalah suatu keharusan kemaslahatan umat manusia.

فَهَزَمُوهُم بِإِذْنِ اللّهِ وَقَتَلَ دَاوُودُ جَالُوتَ وَآتَاهُ اللّهُ الْمُلْكَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَهُ مِمَّا يَشَاءُ وَلَوْلاَ دَفْعُ اللّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَّفَسَدَتِ الأَرْضُ 
وَلَـكِنَّ اللّهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْعَالَمِينَ

“….Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.” (QS. Al-Baqarah (2): 251).

Kalau saja Allah tidak mendatangkan orang-orang yang selalu menyebarkan kebenaran untuk menandingi orang-orang yang berbuat kebatilan, maka hancurlah bumi ini dan kerusakan akan merajalela. Sebab mereka Ahlul Bathil (para pelaku kebathilan) kalau dibiarkan melakukan apa yang mereka kehendaki, maka hanyalah kekejian yang akan terwujud. Tetapi Allah amat besar karunia-Nya atas manusia, ia memberikan kekuatan dan Hujjah kepada orang yang selalu melakukan kebaikan untuk melawan dan mengalahkan perbuatan kaum yang selalu berbuat kerusakan di muka bumi ini.

Adapun sebab-sebab perbedaan itu sendiri antara lain:

1.    Tidak mampu memahami permasalahan

Karena masing-masing tidak mampu memahami permasalahan secara komprehensif dan menyeluruh. Yang satu memahaminya melalui satu sisi dan yang lain juga memahami dari sisi yang lain. Begitu juga yang ketiga memahami dari sisi yang lain dari keduanya.

2.    Melakukan taqlid tanpa dalil dan dasar yang jelas

Keterangan diambil surat (Al-baqarah (2): 170):

وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنزَلَ اللّهُ قَالُواْ بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لاَ يَعْقِلُونَ شَيْئاً وَلاَ يَهْتَدُونَ

 “ Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang Telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami Hanya mengikuti apa yang Telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”. (Qs.Al-Baqarah (2): 170).

3.    Fanatisme terhadap suatu pendapat atau pemikiran sikap dengki kepada orang lain, tamak kepada kepentingan tertentu tanpa melihat orang lain, mengikuti hawa nafsu dan individualis (mementingkan diri sendiri).

Kalau kita meneliti dengan seksama, bahwa penyebab perbedaan (ikhtilaf) di antara manusia mulai dari zaman dahulu sampai sekarang adalah kembali kepada hal-hal yang tersebut di atas. Fanatisme, dengki, tipu daya dan keras kepala yang menyeret mereka untuk mengingkarinya. Dalilnya adalah:

قَدْ نَعْلَمُ إِنَّهُ لَيَحْزُنُكَ الَّذِي يَقُولُونَ فَإِنَّهُمْ لاَ يُكَذِّبُونَكَ وَلَكِنَّ الظَّالِمِينَ بِآيَاتِ اللّهِ يَجْحَدُونَ

 “Sesungguhnya kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), Karena mereka Sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.” (QS. Al-An’am (6):33).

Dari penyebab timbulnya perbedaan di atas pada hakikatnya dasar penyebab terjadinya perbedaan atau perselisihan adalah tidak adanya pemahaman yang menyeluruh terhadap objek permasalahan, taqlid buta, fanatisme mengikuti hawa nafsu dan obsesi tertentu, sifat dengki, menguatkan eksistensi diri dengan jalan bersilat lidah, dangkal pemahaman, cinta kedudukan serta pangkat dan lain-lain.
Dan perlu diingat bahwa perselisihan yang terjadi di antara manusia adalah sunatullah (hukum  Allah yang berlaku pada makhluknya) yang akan selalu ada.

 Semoga kita menjadi pribadi yang memahami persoalan di atas dan selalu mengevaluasi diri (Muhasabah an-Nafsi) dari segala permasalahan yang kita temui, serta senantiasa saling menasihati dalam kesabaran dan kebenaran. Wallahu A’lam Bi Shawab. (AQA)




Referensi Gambar:
https://www.westwardhousing.org.uk/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.