Agamanya Gudangnya Nasehat, Jangan Curhat Di Dunia Maya
SETIAP detik, entah ada berapa orang butuh nasehat dan pesan-pesan yang memberi inspirasi hidup. Terkadang, diantara kita butuh curhat tentang berbagai masalah.
Di kehidupan maya (cyber world) kebiasaan ini justru lebih marak dan lebih terfasilitasi dengan adanya pertanyaan seputar, “What’s on your mind?”
Barangkali mereka ingin mendapatkan solusi atas apa yang mereka tuliskan secara cepat dan tepat, atau barangkali sebatas ingin mendapat ungkapan simpati dari friends dan follower-nya.
Jika dilihat secara obyektif, mereka sebenarnya butuh yang namanya nasihat, kata-kata bijak, kata-kata membangkitkan, atau kata-kata yang bisa membuat mereka merasa jauh lebih baik. Memang hal ini tidak jadi masalah besar jika dilakukan sekali dua kali, namun menjadi satu masalah yang cukup pelik jika curhat di media maya sudah menjadi kebiasaan sehari-hari. Bukan justru simpati yang akan diberikan oleh pembaca, namun lebih dari yang diharapkan justru ungkapan risih dan stigma negatif yang akan didapatkkannya (apalagi hingga menyebutkan semua masalah pribadinya).
Selain itu, apakah tepat jika setiap persoalan hidup kita ujungnya harus ‘curhat’ di dunia maya?
Jauh sebelum menuliskan masalah di dunia maya, ada baiknya kita berusaha mengingat hadits Rasul ini baik-baik:
Dari Abu Ruqayyah tamim bin Aus Ad-Dary ra. Menjelaskan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaigi Wassallam bersabda,
“Agama itu adalah nasihat”. Kami bertanya, “Untuk siapa?” Beliau menjawab, “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin, dan manusia pada umumnya.” (HR. Muslim)
Jika kita butuh segudang nasihat, maka belajarlah ilmu agama. Dengan mempelajarinya, segudang nasihat akan didapatkan, rentetan masalah akan menemukan jalan keluar, beban kesedihan akan teringankan.
Islam menuntun manusia untuk mencari ilmu agama, menjadikan wajib bagi setiap yang beriman kepadaNya, semata-mata untuk keperluan hidup manusia itu sendiri.
Tentang nasihat ini manusia sering lupa, atau kadang justru melupakan. Mereka lebih senang jika harus menuliskan masalah-masalahnya di dunia maya, sementara mereka lupa bahwa Allah sebaik-baik tempat mengadu, meminta jalan keluar, dan pemberi ketenangan.
Maka, agama Islam itulah yang akan menjadi penasihat kita dengan hukum-hukum yang ditetapkan Allah atas manusia, dengan syariat Islam yang dituntunkan oleh Allah dalam KitabNya, dengan hikmah dan pelajaran dari manusia-manusia terdahulu yang tak ternilai harganya.
Dengan mempelajari agama kita akan diingatkan tentang hakikat sabar dalam berbagai masalah kemudian bagaimana menyelesaikan masalah secara bijak dan tidak mengedepankan emosi.
Agama mengajarkan kedewasaan dan kebijakan berpikir yang jarang bisa didapatkan sekalipun dalam training psikologi sekalipun. Jadi, tidak ada alasan bagi kita untuk meninggalkan agama kita sendiri, melupakannya, dan menganggapnya omong kosong belaka.
Karena agama adalah nasihat, maka sejak sekarang nasihati diri kita sendiri dengan bekal ilmu agama yang kita miliki. Semoga Allah memberi kebaikan bagi kita yang senantiasa mau menasihati diri dan semoga Allah membaikkan diri dengan ujian yang Ia beri. Wallahu alam