Keutamaan Para Sahabat Rasulullah Saw.

Prinsip utama yang menjadi ciri khas golongan ini sepanjang masa ialah sifat komitmen mereka terhadapKitab Rabb, Sunnah Nabi, Dan Ijma’ “Ulama’ Salaf dari para Sahabat, Tabi’in, dan Imam-Imam dari tiga generasi yang di berkati.

Mereka terpelihara dari paerpecahan, perselisihan, serta silang sengketa pemikiran dan hawa nafsu. Maka siapakah gerangan jika bukan sahabat Rasulullah Saw yang yang lebih mengerti tentang kitab Rabb dan lebih mengetahui tentang Sunnah Nabi mereka…?

Pensyarah kitab Durratul Mudli’ah menatakan, ‘’Tidak ada ummat Muhammad yang di unggulkan (karena keutamaannya) atas umat-umat lainnya , kecuali para sahabat yang mulia. Mereka beruntung karena menjadi sahabat nanusia terbaik (yakni Rasulullah Saw). Pendapat yang bisa dipertanggung jawabkan datangnya dari Imam-Imam Sunnah yang menyebutkan bahwa para Sahabat berperilaku adil . Sebagaimana Firman Allah:

‘’Muhammad itu adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersamanya adalah keras terhadap orang-orang Kafi, tetapi berkasih sayang sesama mereka….’’ (Al-Fath 29)

Ihwal keutamaan sahabat dibanding denagn Ummat Muhammad lainnya, tersebut dalam dalam dua hadits Shahih,

Pertama: Hadits yang yang diriwayatkan dari Sa’id Al-Khudri Ra bahwa Rasulullah Saw bersabda:

‘’ Janganlah kamu mencaci maki sahabat-sahabatku. Demi Allah yang diriku ada di tangan-Nya, seandainya salah seorang diantara kamu menginfakkan emas sebesar gunung Uhud, nilainya tidak mencapai satu mud yang diinfakkan mereka (para sahabat). Bahkan setengahnyapun tidak.’’

Kedua: Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Timidzi dari Ibnu Mughaffal Ra. ‘’ Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda:

‘’Hendaklah yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir. Takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah mengenai sahabatku-sahabatku. Janganlah kamu menjadikan mereka sebagai sasaran sepeninggalku nanti. Barang siapa mencintai mereka , karena mencintai aku maka aku mencintali mereka. Barang siapa membenci mereka karena membenci aku maka aku membenci mereka. Barang siapa menyakiti mereka, ia menyakitiku, barang siapa menyakitiku ia menyakti Allah. Barang siapa menyakiti Allah, Ia akan mendapat huku

man Allah. Dan barang siapa dihukum Allah,Ia tak akan lolos.’’

Dalam hal ma’ruf, tidak ad ummat Muhammad yang lebih utam kecuali, para sahabat. Yang di maksud ma’ruf disini adalah segala hal yang menyangkut ketaatan kepada Allah, mendekatkan diri kepada-Nya, berbuat baik kepada sesama manusia, patuh dalam menjalankan semua kebaikan yang diperintahkan Syara’, dan menjauhkan segala larangannya.

Tak ada seorangpun yang berakal sehat meragukan terhadap keutamaan para Sahabat Nabi Saw,baik dalam perbuatannya yang terpuji maupun perkataannya yang benar. Orang yang berbahagia ialah orang yang mengikuti dan meneladani jalan hidup mereka, sedangkan orang yang celaka ialah orang yang menyimpang dari jalan hidup mereka. Adakah jalan lurus yang tidak mereka tempuh…? Adakah kebaikan yang tidak mereka jalankan…?
Demi Allah, mereka telah memberikan pandangan hidup yang jernih dan segar. Mereka telah meletakkan dan mengokohkan landasan landasan Ad-Dien dan Al-Ma’ruf. Maka tidak layak bagi seseorang untuk memperkatakan jelek terhadap mereka sepeninggal mereka

Mereka membuka hati dengan Al-Qur’an, dzikir dan Iman. Mereka taklukkan negeri-negeri dengan pedang dan tombak, mereka korbankan jiwa mereka untuk mendapatkan Ridlo Allah Yang Maha Rahman. Tidak ada kema’rufan kecuali yang telah mereka datangkan, tidak ada bukti yang nyata kecuali yang telah mereka ungkap dengan ilmu mereka. Tidak ada jalan keselamatan, kebaikan dan kebahagiaan kecuali jalan yang telah mereka tempu SEMOGA Allah meridlai mereka, karena mereka inilah yang telah mengisi majlis-majlis dengan peringatan. Mereka inilah yang telah yang telah mengukir lembaran hidup dengan berbagai kebaikan yang patut dipuji dan di syukuri.

Dalam hal ketaatan terhadap hukum Allahdan Sunnah Nabi, tidak ada umat yang menyamai para Sahabat. Merekalah yang paling konsekwen dalam mengamalkan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Kebenaran ini ditegaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ibnu Mas’ud Ra:

‘’ Barang siapa hendak menjadikan tauladan, teladanilah para sahabat Rasulullah Saw. Sebab mereka itu paling baik hatinya, paling dalam ilmunya,paling sedikit takallufnya (tidak suka mengada-ada) palaing lurus petunjuknya, dan paling baik keadaannya. Mereka adalah Kaum yang dipilih oleh Allah untuk menemani Nabi-Nya dan menegakkan Dien-Nya. Karena itu,hendaklah kalian mengenali keutamaan jasa-jasa mereka dan ikutlah jejak mereka, sebab mereka senantiasa berada dijalan (Allah) yang lurus.’’

Al-Muhaqqiq al-Imam Ibnul Qayyim didalam kitabnya, Al-I’lamul Muwaqi’in, mengatakan: ‘’Para Sahabat adalah orang yang paling baik hatinya, dalam ilmunya,paling sedikit takallufnya. Dibanding dengan yang lainnya, merea paling dekat dengan kebenaran. Sebab Allah telah memberi keutamaan bagi mereka hingga mereka memiliki kecerdasan yang luar biasa, kefasihan berbicara, keluasan ilmu serta mudah dan cepat memahami persoalan. Bagi mereka hanya sedikit musuh atau bahkan tak ada sama sekali. Mereka senantiasa punya maksud baik dan bertaqwa kepada Allah.
Bahasa Arab adalah jalan dan watak mereka. Makna-makna yang benar (dalam Kitab dan Sunnah dan Sunnah Nabi) tertanam dalam fithrah dan akal mereka. Dalam hal menerima Hadits, mereka tidak perlu memeriksa sanad, Rawi, jarh, ta’dil, atau cacat dan tidaknya sebuah hadits. Mereka juga tidak perlu memeriksa kaidah-kaidah ushul, sebab mereka telah memiliki semua itu.

Bagi mereka hanya ada dua perkara. Pertama, Allah berfirman begini. Kedua, artinya begini dan begini.
Mereka adalah orang paling berbahagia dengan dua perkara tersebut dan paling banyak memperoleh bagian dari keduanya. Mereka telah menyaksikan dan menemani Nabi pilihan serta mengetahui berbagai rahasia al-Qur’an dan hdlirat Nabi Saw. Mereka mengetahui turunnya wahyu, sebab-sebab turunya (asbabun Nuzul), ta’wil dan tata caranya. Mereka menyaksikan cahaya-cahaya Al-Qur’an dan kenabian. Maka mereka inilah Ummat yang paling berbahagia karena telah bertindak benar dan paling tahu mengenai Al-Qur’an dan Sunnah Nabi,’’

Menurut Imam Ibnu Qayyim, beristidlal dengan baik terhadap makna-makna Al-Qur’an haruslah melalui orang-orang kepercayaan Rasulullah Saw. Mereka adalah pewaris para Nabi. Kemudian mereka mengikut sertakan perkataan para Sahabat dan tabi’in sebagai Imam-Imam yang memberi petunjuk. Apakah orang-orang yang berakal sehat tidak mengetahui bahwa penafsiran Al-Qur’an dengan cara ini lebih baik daripada cara yang dilakukan oleh para Imam yang sesat….? Atau lebih baik daripada yang dilakukan oleh para tokoh Jahmiyah dan Mu’tazilah, seperti Al-Muraisi, Al-Juba’I, An-Nazhom,Al-‘Allaf, dan orang-orang semisal mereka yang berpecah belah dan berselisih….? Mereka suka berbuat sesat dan Bid’ah dalam Islam. Mereka juga suka mencerai beraikan agama dan terpecah dalam berbagai golongan. Dan masing-masing merasa bangga terhadap golongannya.

Jika tidak boleh menafsirkan Al-Qur’an dan menettapkan maksudnyaserta mencari Ilmul Yaqin dengan Sunnah-sunnah Rasulullah Saw yang sahih dan perkataan para Sahabat dan Tabi’in, maka apakah diperbolehkan memahami makna-makna Al-Qur’an berdasarkan penyelewengan-penyelewengan Jahmiyah dan kelompoknya, ta’wil-ta;wil Al-‘Allaf, An- Nazhom, Al-Jubba’I, Al-Muraisi, Abdul Jabbar dan para pengikut mereka….? Bukankah mereka itu jauh dari Assunnah dan Al-Qur’an serta amat dibenci oleh kalangan ahli ilmu dan Ahli Iman….. (Mukhtashar Ash-Shawaikul Mursalah 2:335)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.