Kerusakan Fithrah Manusia

Ketika fithrah mayoritas manusia sudah rusak, dan ketika ‘’Manusia menjadi menjadi makhluk yang paling banyak membantah’’ (Al-Kahfi 54), maka saat itulah syetan menghiasi amal buruk manusia sehingga tampak bagus dan indah. Setanpun mencampur adukkan antara yang Haq dan yang Bathil serta mengilhami manusia dengan berbagai perilaku buruk sehingga mereka bertahan dengan kebathilannya

‘’Tetapi orang-orang kafir membantah dengan yang bathil agar denngan demikian itu mereka dapat melenyapkan hak.’’( Al-Kahfi 56)

Betapa herannya anak Adam ketika fithrahnya menjadi rusak,mata hatinya menjadi gelap,dan akalnya menjadi sesat. Lantas ia melihat kebathilan sebagai kebenaran, dan sebaliknya kebenaran sebagai kebathilan. Atau ia menyimpang sama sekali sehingga tak mampu melihat mana yang Haq dan mana yang Bathil. Hal ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya:

‘’…..Maka Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Maha Kuasa serta Maha bijaksana.’’ (Ibrahim 4)

‘’….Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah,maka dialah yang mendapat petunjuk, dan barang siapa disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpin pun yang mampu memberi petunjuk kepadanya.’’ (Al-Kahfi 17)

Orang –orang kafir berselisih diantara sesamanya. Mereka terpecah belah menjadi bermacam-macam golongan. Mereka berbeda-beda dalam tingkat kekufuran, kesesatan,kebingungan, dan penyimpangan dari jalan yang lurus. Diantara mereka ada yang mengingkari Pencipta alam semesta, mengingkari keMaha Esaan-Nya, mengingkari kenabian, mengingkari kebangkitan setelah mati dan hari akhir, serta faham-faham sesat lainnya yang diajarkan setan kepada para pengikutnya.
Ibnul Qoyyim mengomentari firman Allah dalam surat Al-Qiyamah ayat 36 yang artinya ‘’Apakah manusia mengira bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban…?)’’ Sebagai berikut:
‘’Di antara rahasia-rahasianya adalah bahwa penetapan kenabiandan akherat itu dapat dijangkau dengan akal. Demikianlah salah satu dari dua pendapat sahabat-sahabat kami dan lainnya dan inilah yang sangat tepat ….. Kekuasaan-Nya yang haq mengharuskan adanya perintah dan larangan-Nya, pahala dan siksa-Nya. Diturunkan kitab-kitab-Nya, serta dibangkitkannya manusia pada
hari kiamat agar orang yang berbuat baik memperoleh balasan sesuai dengan kebaikannya dan orang-orang jahat memproleh balasan sesuai dengan kejahatannya.’’ (Lihat Al Tibyan Fi Aqsamil Qur’an, Ibnul Qayim: 161-162)
bertentangan dengan Dienul Islam ada enam, yang masing- Ibnu Hazm berkata, ‘’Kelompok-kelompok utama yang masing terpecah lagi manjadi beberapa golongan. Keenam golongan tersebut,menurut tingkatannya adalah sebagai berikut:

Pertama :Golongan yang mengakui adanya hakikat alam semesta. Golongan ini oleh para Mutakallim disebut kaum sofistis
Kedua :Golongan yang mengakui adanya hakikat alam ,dengan mengatakan ,sesungguhnya alam ini tetap ada tapi mereka tidak mengakui adanya pencipta dan pengaturnya
Ketiga : Golongan yang mengakui adanya hakikat alam dan berpendapat bahwa alam dan penaturnya tetap ada.
Keempat : Golongan yang mengakui adanya hakikat alam. Sebagaian dari mereka berpendapat bahwa sesungguhnya alam itu tetap ada,sebagian lagi berpendapat bahwa alam mempunyai pengatur yang tetap ada dan lebih dari satu. Namun,mereka berselisih mengenai jumlahnya.
Kelima :Golongan yang mengakui adanya hakikat alam dan berpendapat bahwa alam itu diciptakan oleh satu pencipta. Namun, mereka mengingkari seluruh kenabian
Keenam : Golongan yang mengakui adanya hakikat alam dan berpendapat bahwa alam itu diciptakan oleh satu pencipta. Namun, mereka berbeda dalam mengakui sebagaian nabi-nabi dan mengingkari sebagiannya….. (Al-Fashl Fil Milal wal Ahwa’ wan-Nihal 1:3)

Demikianlah aliran-aliran yang bertentangan dengan Dienul Islam.Adapun mengenai penganut Dienul Islam adalah mereka yang mengikuti ajara Rasulnya. Sesungguhnya Allah mengutus seoran Rasul pada setiap umat, sebagaimana firman-Nya:

‘’ Sesungguhnya Kami telah mengutus seorang Rasul pada setiap ummat (untuk menyerukan): beribadahlah hanya kepada Allah dan jauhilah Thoghut…..’’ (An-Nahl 36)

Setiap Rasul menyeru kaumnya kepada Dienullah, yaitu Al-Islam, yang berarti menyerahkan diri secara total hanya kepada Allah yang Esa. Firman-Nya:

‘’Sesungguhnya dien (yang diridlau) Allah hanyalah Islam….’’ (Ali Imron 19)
‘’Barangsiapa mencari dien selain Islam, maka sekali-kali tidaklahakan diterima (din tersebut), dan di Akhirat kelak dia termasuk orang yang rugi,’’ (Ali Imran 85)

Menurut Ibnu Taimiyah, semua Nabi di utus dengan membawa Dienul Islam. Ia adalah Dien satu-satunya yang diterima oleh Allah, dan bukan yang lainnya, baik dari orang-orang trdahulu maupun yang akan datang. (Al-Ubudiyah 34)
Beliau juga mengatakan, ‘’ Adapun kitab-kitab Samawi yang mutawathir dari para Nabi As semuanya memastikan bahwa Allah tidak menerima Din dari seseorang, kecuali Dien yang benar (hanif) yaitu Al-Islam, yakni: beribadah hanya kepada Allah Yang Esa dan tidak mempersekutukan-Nya dengan yang lain,beriman kepada kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasulnya,dan hari Akhir’’ (Al-Fatawa al-Kubra 1:335)
Selanjutnya Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa Allah berfirman:

‘’Katakanlah, ‘’Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan . Dan (katakanlah ), ‘’Luruskanlah muka (diri)-mu disetiap Sholat dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya…’’ (Al-A’raf 29)

Yang dimaksud keadilan disini adalah tauhid, yakni beribadah hanya kepada Allah,yang tiada sekutu bagi-Nya. Inilah dasar Ad-Dien, sedangkan kebalikannya adalah dosa yang tak terampuni.
Firman Allah:

‘’Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya…..’’ (An Nisa’ 48)

Ia adalah Dien yang diperintahkan Allah kepada semua Rasul yang diutusnya untuk semua Ummat. Ia adalah Islam (tauhid) yang telah disepakati oleh semua Nabi. Dan Tauhid inilah yang merupakan pokok Ad-Dien, yakni keadilan terbesar. Adapun lawannya adalah Syirik, yang merupakan ke dzaliman terbesar (Al-Fatawa Al-Kubro, juz 1:348)
Ibnu Taimiyah juga mengatakan, Islam sebagai Dienullah dibangun di atas dua landasan.

Pertama: Mengabdi hanya kepada Allah dan tidak mempersekutukan-Nya.
Kedua :Mengabdi kepada-Nya dengan syari’at yang di tetapkan-Nya melalui lisan Rasul-Nya kedua alasan inilah yang sebenarnya merupakan hakikat syahadat kita: Aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah selain Allah, ndan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya (Qaidah Jalilah Fit Tawassul wal Wasilah: 162)

Allah berfirman:

‘’….Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan (syari’at) dan jalan hidup yang benar…..’’ (Al-Maidah 48)

Menurut Ibnu Katsir, ayat diatas merupakan pemberitahuan mengenai umat-umat yang berbeda agamanya dengan pertimbangan syari’atyang juga berbeda. Untuk itu, Allah mengutus para Rasul-Nya yang mulia, yang bersepakat dalam masalah hukum dan tauhid. Adapun syari’at itu bermacam-macam dalam bentuk perintah dan larangan. Dan Allah tidak menrrima Dien selain Islam, yakni tauhid dan ikhlas hanya kepada Allah, yang dibawa oleh semua Rasul As (Tafsir Ibnu Katsir 2:66)
Orang-orang Mu’min yang menjadi pengikut tiap-tiap Rasul senantiasa menemani rasul mereka semasa hidupnya. Mereka bergaul dengannya,belajar darinya, menerima ajarannya, mengikuti teladannya, menjaga kitab Rabbnya, dan mamalihara peninggalan (atsar) dan sunnahnya. Mereka juga menanyakan kepadanya mengenai perkara-perkara rumit yang mereka hadapi dan meminta fatwa kepadanya secara langsung mengenai segala sesuatu yang menyangkut urusan kehidupan (dunia) dan Akhirat.

Setelah Rasul meninggal dunia dan waktu telah berlalu, para sahabat berpencar-pencar. Generasipun datang silih berganti. Maka yang muncul selanjutnya adalah kondisi umat yang lemah kemauan dan cita-citanya, sedangkan gejolak syahwat tampak lebih dominan. Timbul berbagamacam syubhat,hati menjadi keras,teladan sangat minim, sunnah memudar,bid’ah makin meraja lela dan yang haq bercampur dengan yang bathil. Kitab-kitab suci dan atsar-atsar nabawiyah bercampur baur dengan filsafat keberhalaan, dan keutamaan berfikir bersih terkalahkan oleh logika.
Akhirnya, ummat yang tadinya brsatu diatas kebenaran, menjadi berselisih dan berpecah belah. Sebagaimana firman Allah:

‘’Manusia dahulunya adalah satu umat, kemudian mereka berselisih….’’ (Yunus 19)
‘’…maka mereka tidak berselisih, meldaainkan setelah tang kepada mereka pengetahuan karena kedengkian (yang
ada) di antara mereka….’’ (Al-Jatsiyah 17)

‘’Kemudian mereka (pengikut-pengikut Rasul) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa kelompok. Tiap-tiap golongan merasa dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing).’’ (Al-Mukminun 53)a

‘’…dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih tentang (kebenaran) Al-Kitab itu benar-benar dalam dalam penyimpangan yang jauh (dari kebenaran).’’ (Al-Baqarah 176)

Sesuai dengan kadar penyimpangan manusia dari kitab Rabb mereka dan snnah Nabi mereka, sesuai dengan kadar bergelimangnya mereka dalam mengikuti hawa nafsu dan akal yang rusak, dan sesuai dengan kadar kesesatan mereka dari jalan Allah yang lurus, maka manusia telah mendustakan kebenaran atau sebagaiannya setelah mereka memahaminya. Mereka telah mendahului Allah dan Rasul-Nya, sehingga sesatlah generasi demi generasi. Mereka berselisih dan berpecah belah setelah datang kepada mereka ilmu (keterangan yang jelas), karena kedengkian antara sesama mereka.

Ibnu Taimiyah berkata, ‘’Barang siapa keluar dari kenabian (ajaran yang dibawa Nabi) maka ia terjerumus kedalam syirik dan lainnya…. Syirik tidak berasal dari anak-anak Adam, bahkan Adam dan anak-anaknya yang mengikuti Diennya bertauhid kepada Allah, karena mengikuti kenabian. Sebagaimana Allah berfirman (yang artinya): ‘’Manusia dahulunya adalah satu Ummat, kemudian mereka berselisih…..’’ (Yunus 19). (Majmu’ Fatawa 20:106 dan seterusnya)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.