Rahmat Allah: Allah tidak menyiksa Seseorang, kecuali Setelah Ditegakkannya Hujjah Risalah

Meskipun hujjah telah ditegakkan dan alasan telah dipatahkan, namun sebagai rahmat dan karunia-Nya, ALLAH Yang Maha Mengetahui dengan Hikmah-Nya yang jelas tidak akan menyiksa Bani Adam karena adanya perjanjian fitrah semata-mata.Dan Ia tidak tidak akan menyiksa seorangpun,kecuali setelah ditegakkannya hujjah yang berupa risalah . Sebagaimana firman-Nya:
‘’…….dan Kami tidak akan meng;azab sebelum Kami mengutus seorang Rasul.’’ (Al-Isra’ 15)

Maka Allah mengutus para Rasul-Nya secara berkesinambungan untuk mengingatkan manusia akan janji mereka dan amanat besar yang dibebankan-Nya kepada mereka di bumi ini. Para Rasul itupun menyuruh manusia untuk melaksanakan tugasnya sebagai khalifah dimuka bumi dan menanggalkan alasan lain yang mungkin dipakai manusia untuk membantah Allah sebagai Rabb mereka.
Allah berfirman:

‘’Mereka Kami utus) selaku rasul-rasulpembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan Allah Mahaperkasa lagi Maha bijaksana.’’ (An-Nisa’ 165)

Menurut Imam Ibnu Qayyim, dalam akal manusia tidak ada sesuatu yang lebih jelas dan terang kecuali mengenal kesempurnaa Sang Pencipta alam ini serta membersihkannya dari kejelekan dan kekurangan . Para Rasul di utus untuk mengingatkan dan menjelaskan pengetahuan ini. Begutu pula dalam fithrah terdapat pengakuan akan kebahagiaan dan kesengsaraan jiwa manusia beserta balasan yang akan diterimanya di akherat nanti. Penjelasan mengenai balasan,kebahagiaan dan kesengsaraan ini tidak dapatdiketahui kecuali dengan melalui para Rasul .Maka para Rasul itulah yang mengingatkan dan menjelaskan apa yang dituntut oleh fithrah. Karena itu. Akal yang tegas adalah sesuai dengan naql (nash) yang shahih, dan syari’at sesuai dengan fithrah. Keduanya saling membenarkan dan tidak bertentangan (Syaiful ‘Alil 301-302)
Ibnu Taimiyah mengatakan, hujjah tidak dijatuhkan kepada mereka yang berbuat dosa karena kebodohannya sebelum mereka mengetahui bahwa hal tersebut merupakan perbuatan dosa, sebelum diutusnya seorang Rasul kepada mereka ,dan sebelum ditegakkannya hujjah atas mereka.Sebagaimana Allah berfirman:

‘’…..dan Kami tidak akan meng’azab sebelum Kami mengutus seorang Rasul.’’

Jumhur Ulama Salaf dan Khalaf berpendapat bahwa syirik dan kejahilan yang mereka lakukan sebelum datangnya Rasul adalah sesuatu yang jelek dan buruk.Tetapi mereka tidak patut disiksa,kecuali setelah datangnya Rasul. (Majmu’ Fatwa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah 11:675 dan seterusnya)
Demikianlah, Allah Azza wa jalla tidak membiarkan manusia sendirian dalam mengarungi kehidupan ini. Mereka senantiasa dibimbing ajaran Nabi (manhaj nubuwwah) sejak Nabi Adam As hingga Allah mewariskan bumi dan segala isinya. Allah menjadikan risalah -risalah tersebut beserta akal dan fithrahnya dengan tanda-tanda kekuasaan-Nya yang terbesar dialam semesta sebagai penerang bagi manusia dalam menempuh jalan menuju Rabb dan mengembalikan mereka dari jalan yang sesat.

Namun, manusia ternyata berselisih pendapat mengenai Rasul-Rasul mereka.Sebagaimana firman Allah:

‘’Tapi,kebanyakan manusia tidak mau,kecuali mengingkarinya’’ (Al-Isra’ 89)

Dan berimanlah orang yang mau beriman , tapi jumlahnya sangat sedikit. Itulah sunnatullah yang berlaku pada makhluk-Nya.
‘’Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi ini,niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah….’’ (Al-An’am 116)
‘’….Dan sekali-sekali kamu tidak akan mendapati perubahan pada sunnah Allah.’’ (Al-Ahzab 62)

Dalam ayat lain Allah berfirman:

‘’Manusia itu umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para Nabi,sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan,dan Allah menurunkan
Bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan diantara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.
Tidaklah berselisih mengenai kitab itu,melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab,yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keteranan yang nyata,karena dengki antara mereka sendiri.Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya.Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.’’ (Al-Baqarah 213)

Ibnu Katsir berkata (mengutip perkataan Ibnu Abbas), ‘’Antara Nuh dan Adam terdapat selang waktu selama sepuluh generasi yang semuanya mengikuti syari’at yang benar .setelah mereka berselisih,Allah mengutus para Nabi untuk memberi kabar gembira dan peringatan…..’’
Dan diriwayatkan dari Qatadah, ia berkata, ‘semua mengikuti petunjuk, lalu berselisih, kemudian Allah mengutus para Nabi. Maka Nuh inilah Nabi pertama yang diutus Allah.Demikianlah perkataan Mujahid sebagaimana disampaikan Ibnu Abbas’mereka …. Karena dahulunya manusia mengikuti millah (ajaran) Adam hingga akhirnya mereka menyembah berhala,lalu Allah mengutus Nuh kepada mereka. Dengn demikian,Nuh adalah Rasul pertama yang diutus Allah untuk penduduk bumi.
Mengenai kenabian Adam, Al-Qur’an tidak menyebutkan secara explisit sebagaimana Nabi-Nabi yang lain seperti Ibrahim,Ismail,Musa,Isa dan lain-lain. Namun kepada Adam juga dituunkan syari’at yang berupa perintah-perintah dan larangan-larangan,penghalalan dan pengharaman,yang semua itu merupakan indikasi Kenabian. Adapun mengenai kerasulannya,hal ini masih diperselisihkan,dan kita menyerahkan hakikat kebenarannya kepada Allah. Namun dalam sebuah hadts riwayat Muslim disebutkan bahwa pada hari kiamat nanti manusia berduyun-duyun mendatangi Nabi Nuh sambil berkata, ‘’Engkau adalah Rasul Allah yang pertama kali dikirim ke bumi…..’’ Seandainya Adam itu sebagai Rasul,niscaya Nabi Muhammad Saw tidak akan menceritakan dengan menyebut Nuh sebagai Rasul pertama (lihat Abdul Wahab An-Najjar, Qishul Anbiya’, Darul Fikri 10-11). Tetapi hal ini juga masih menimbulkan pertanyaan, yaitu: Jika Nabi Adam itu bukan Rasul yang nota bene tidak menyampaikan syari’at kepada manusia, lantas mereka mengikuti syari’at siapa…? Bagaimana pula dengan Idris…? Apakah beliau juga bukan Rasul…? Karena itu, sebagian Ulama’ mentakwilkan bahwa ucapan Nabi Saw mengenai Nuh sebagai Rasul pertama, adalah sesudah terjadinya banjir besar. Wallahu a’lam bishawab.
Oleh karena itu Allah berfirman:

‘’…..dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan diantara mausia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih mengenai Kitab itu,melainkan orang yang telah di datangkankepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri….’’

Maksudnya, setelah berdirinya hujjah (bukti-bukti yang nyata) atas mereka. Dan tiada yang mendorong mereka untuk berselisih,melainkan kedengkian antara yang satu dengan yang lain.
‘’Maka Allah memberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada kebenaran mengenai hal-hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. ‘’ Maksud ayat ini, sebelum berselisih,manusia mengikuti ajaran para Rasul.Mereka bersikap ikhlas kepada Allah Azza wa jalla dan hanya beribadah kepada-Nya, tidak mempersekutukan-Nya, mengerjakan sholat, serta mengeluarkan zakat. Mereka menjadi saksi atas sesama manusia pada hari kiamat, yakni saksi atas kaum Nuh, kaum Hud, kaum Shaleh, kaum Syu’aib dan keluarga Fir’aun. Dalam kesaksiannya itu manusi membenarkan bahwa Rasul-Rasul mereka telah menyampaikan risalah kepada mereka,sedangkan mereka (kaum kuffar) telah mendustakan Rasul-Rasul itu.’’ (tafsir Ibnu Katsir 1:250)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.