Allah Menyuruh Kaum Muslimin Bersatu dan Melarang Berpecah Belah

Allah Azza wajalla menyuruh pengikut Dienul Islam ini agar bersatu diatas kebenaran serta memperingatkan mereka agar tidak berpecah belah dan berselisih seperti yang terjadi pada umat-umat yang terdahulu. Allah berfirman:

‘’Dan berpegang teguhlah kamu pada tali (Dien) Allah dan janganlah kamu bercerai berai….’’ (Ali Imran 103)

‘’Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat suksa yang berat,’’ (Ali Imran 105)

‘’Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah(terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat,’’ (Al-An’am 159)

Firman Allah Walaa tafarraquu (‘’ Dan janganlah kamu berpecah belah’’) dalam ayat diatas menurut Ibnu Katsir , mengandung maksud bahwa Allah memerintahkan ummat agar bersatu dan melarang berpecah belah. Ihwal perintah bersatu dan larangan bercerai berai banyak juga dibicarakan dalam hadits Nabi Saw.
Adapun firman Allah Yauma tabyadlu wujuuhun wataswaddu wujuuhu (pada hari yang ketika itu ada wajah-wajah yang putih berseri dan ada pula yang hitam muram), mengandung maksud bahwa wajah yang putih berseri pada hari kiamat itu adalah wajah Ahli Sunnah Wal Jama’ahse sedangkan wajah yang hitam muram tidak lain adalah wajah ahli bid’ah dan firqah (Mukhtashar Ibnu Katsir 1:305-307)
Mengenai ayat 159 surat Al-An’am, Ibnu Katsir mengomentari sebagai berikut: Bahwa yang dimaksud wa kaanu syiya’an ( dan mereka bergolong-golong) adalah kaum khawarij. Ada pula yang menafsirkan itu adalah ahli bid’ah.secara explisit, ayat tersebut bersifat umum,yakni mengandung makna setiap orang yang meninggalkan dan menentang Dien Allah.

Sesungguhnya Allah Swt telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan Dien yang Haq untuk mengunggulkannya di atas semua agama. Syari’atnya adalah satu. Sebab itu,tidak ada perselisihan (sedang mereka bergolong golong) atau berpecah seperti penganut agama-agama, aliran-aliran, hawa nafsu dan kesesatan, Allah telah membebaskan tanggung jawab Rasulullah dari apa yang mereka perbuat…. (Mukhtashar Ibnu Katsir 2: 637-638)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.