Awas..!! Agama Baha’i Mirip Islam Tapi Bukan Islam, Berhati-hatilah

Baha’ullah

Keberadaan aliran (agama) Baha’i di Indonesia bukanlah hal baru. Setidaknya, jauh sebelum kemerdekaan, (agama) Baha’i ini sudah dibawa masuk ke kawasan Nusantara, yaitu sejak sekitar tahun 1878, dibawa oleh dua orang pedagang dari Persia dan Turki, yaitu Jamal Effendi dan Mustafa Rumi.

 Di Indonesia, mereka menamakan diri penganut Baha`i dengan kitab suci Akhdas dan shalatnya berkiblat ke Gunung Karmel atau Karamel di Israel. Kepercayaan ini berkembang di Tulungagung. Mereka shalat sehari sekali, puasa 17 hari. Karena dinilai meresahkan, warga meminta pemerintah membubarkan kelompok tersebut.

Pendiri Agama Baha’i
Pendiri aliran Baha’i ini adalah Mirza Ali Muhammad al-Syairazi lahir di Iran 1252H/ 1820M. Ia mengumumkan, tidak percaya pada hari qiyamat, surga dan neraka setelah hisab/ perhitungan.
Dia menyerukan bahwa dirinya adalah potret dari nabi-nabi terdahulu. Tuhan pun menyatu dalam dirinya (hulul). Risalah Muhammad bukan risalah terakhir. Huruf-huruf dan angka-angka mempunyai tuah terutama angka 19. Perempuan mendapat hak yang sama dalam menerima harta waris. Ini berarti dia mengingkari hukum Al-Quran, padahal mengingkari Al-Quran berarti kufur, tandas Abu Zahrah ulama Mesir dalam bukunya Tarikh Al-Madzaahibil Islamiyyah fis Siyaasah wal ‘Aqoid.

Mirza Ali dibunuh pemerintah Iran tahun 1850, umur 30 tahun. Sebelum mati, Mirza memilih dua muridnya, Subuh Azal dan Baha’ullah. Keduanya diusir dari Iran. Subuh Azal ke Cyprus, sedang Baha’ullah ke Turki. Pengikut Baha’ullah lebih banyak, hingga disebut Baha’iyah atau Baha’isme, dan kadang masih disebut aliran Babiyah, nama yang dipilih pendirinya, Mirza Ali. Kemudian kedua tokoh itu bertikai, maka diusir dari Turki. Baha’ullah diusir ke Akka Palestina.

Di sana ia memasukkan unsur syirik dan menentang Al-Quran dengan mengarang Al-Kitab Al-Aqdas diakui sebagai dari wahyu, mengajak ke agama baru, bukan Islam. Baha’ullah menganggap agamanya universal, semua agama dan ras bersatu di dalamnya. Abu Zahrah menegaskan: “Jika guru pertama (Mirza Ali) pada aliran ini sudah melangkah dalam penghancuran ajaran Islam dengan mengatas namakan pembaharuan, lalu penerusnya (Baha’ullah) menyempurnakannya dengan mengingkari semua ajaran Islam serta menyingkirkannya, dan penerus berikutnya (Abbas Baha’) melangkah lebih jauh dari itu. Dia bahkan mengambil kitab-kitab Yahudi dan Nasrani untuk mengganti Al-Quran.” Baha’iyah berkembang di Eropa dan Amerika berpusat di Chicago. Aliran ini dinilai Abu Zahrah sebagi ajaran yang diada-adakan belaka.

Mereka menggunakan topeng Taqiyah, yaitu cara mengelabui manusia dengan menyembunyikan alirannya, padahal yang terselubung di dalam hatinya adalah usaha untuk mendangkalkan aqidah Islam. Mirip Syiah

Mereka menggunakan topeng Taqiyah, yaitu cara mengelabui manusia dengan menyembunyikan alirannya, padahal yang terselubung di dalam hatinya adalah usaha untuk mendangkalkan aqidah Islam dan menghancurkan ajaran-ajarannya dan menjauhkan dari pemeluknya.

Yang pasti, lanjut Abu Zahrah, aliran Baha’iyah mempunyai kegiatan pesat di wilayah kaum muslimin di kala mereka diberi kebebasan oleh musuh-musuh Islam, yaitu penjajah. Maka Baha’iyah semakin kuat setelah terjadi perang Dunia I dan Perang Dunia II. (Lihat buku Aliran dan Paham Sesat di Indonesia oleh Hartono Ahmad Jaiz, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta). Pada tanggal 15 Agustus 1962, Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden No. 264/ Tahun 1962 tentang pelarangan terhadap tujuh organisasi, termasuk Baha’i, Liga Demokrasi dan Rotary Club. Di masa kepemimpinan Presiden Soeharto, Baha’i juga dilarang. Namun, ketika Abdurrahman Wahid jadi Presiden, Baha’i justru diresmikan. Sebelum Abdurrahman Wahid jadi Presiden, menurut Djohan Effendi, ia memang sering melakukan dialog dengan pengikut Baha’i di kediamanya, Ciganjur, Jakarta.

Oleh karena itu, jangan heran Baha’i masih eksis di Indonesia. Antara lain berkat “jasa” Abdurrahman Wahid. Sebagaimana dilaporkan okezone edisi 26 Oktober 2009, agama Baha’i ternyata berkembang di Desa Ringinpitu, Kedungwaru, Tulungagung, Jawa Timur. Bahkan, memiliki kantor pusat di Jakarta, sebagaimana disampaikan oleh Kepala Seksi Intel Kejari Blitar Slamet SH. Slamet SH dalam kapasitasnya sebagai Kepala Seksi Intel Kejari Blitar telah memeriksa para petinggi Sekte Baha’i di Jawa Timur, pada hari Senin tanggal 26 Oktober 2009.

Di antaranya Slamet Riyadi, Said, dan seorang perempuan. Menurut pengakuan mereka, agama Baha’i bersifat independen dan tidak berafiliasi dengan agama manapun. Baha’i juga mengajarkan umatnya untuk mencari kebenaran dan kejujuran, tidak boleh memaksakan kehendaknya kepada orang lain, untuk mengikuti dogma Baha’i. Pada kesempatan itu, Kejari Blitar telah pula menyita dua kitab yang diterbitkan Lembaga Majelis Rokhani Baha’i Indonesia, Jakarta. Yaitu, Kitab Baha’ullah dan Kalimat Tersembunyi, yang di antaranya berisi percakapan Tuhan dengan Umat.

Para penganut Baha’i ini terkesan sangat militan, percaya diri, dan begitu yakin dengan kebenaran agamanya, sehingga meski sedang berhadapan dengan aparat negara, salah seorang dari mereka (Slamet Riyadi) justru merayu Kepala Seksi Intel Kejari Blitar untuk turut menjadi pemeluk Baha’i. Tentu saja ditolak. Menurut laporan Liputan6 SCTV edisi 26 Oktober 2009, pengikut Baha’i menjadikan Gunung Caramel di Israel sebagai kiblat dalam shalat, dan hanya mewajibkan pengikutnya shalat sekali dalam sehari. Dalam hal perkawinan, pengikut Baha’i selain tak melibatkan KUA (Kantor Urusan Agama) juga menerbitkan surat nikah sendiri.

Selain itu, mereka hanya menikahkan anak-anak mereka dengan sesama pengikut Baha’i saja.
Padahal, dalam salah satu ajarannya, pengikut Baha’i mengakui adanya perkawinan dengan masyarakat non Baha’i. Mereka juga meminta pada kolom agama di KTP dicantumkan nama agama Baha’i. Kini pengikut aliran ini sudah ratusan jamaah. Keberadaan pengikut Baha’i telah dilaporkan masyarakat setempat kepada Majelis Ulama Indonesia dan instansi terkait. Namun sejauh ini, MUI belum mengeluarkan fatwa terhadap aliran Baha’i dengan alasan ajarannya ini tak menistakan enam agama yang diakui pemerintah. (Ini tampaknya MUI tidak tahu atau pura-pura tak tahu apa itu Baha’i. Tuduhan Baha’i bahwa Risalah Muhammad bukan risalah terakhir, itu jelas menodai Islam).

Menurut Abu Sofyan (Sekretaris MUI Tulung Agung), (agama) Baha’i ini punya nabi dan kitab suci sendiri. Nabi mereka adalah Muhammad Husain Ali yang bergelar Bahaullah dan kitab sucinya bernama Al-Aqdas. Menurut Prof Dr M Abu Zahrah (ulama Mesir) dalam bukunya Tarikh Al-Madzaahibil Islamiyyah fis Siyaasah wal ‘Aqoid, Baha’i berasal dari Syi’ah Itsna ‘Asyariyah. Baha’i didirikan oleh Mirza Ali Muhammad al-Syairazi yang lahir di Iran 1252H (1820 M). Namun, kalangan Baha’i sendiri mengingkari keterkaitannya dengan agama apapun termasuk dengan syi’ah laknatullah. Sebagaimana dapat dibaca melalui situs resminya di (http://www.bahaiindonesia.org/start.php) mereka mengklaim Baha’i sebagai sebuah agama yang independen dan bersifat universal, bukan sekte dari agama tertentu.

Nabi atau Pesuruh Tuhan agama ini adalah Baha’ullah. Tujuan agama Baha’i adalah untuk mewujudkan transformasi rohani dalam kehidupan manusia dan memperbaharui lembaga-lembaga masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip keesaan Tuhan, kesatuan agama, dan persatuan seluruh umat manusia. Semangat menyamakan semua agama dan kesamaan hak antara pria-wanita, merupakan salah satu pokok ajaran Baha’i. Menurut ajaran Baha’i, semua agama itu tunggal dan berasal dari sumber yang sama. Kini, sebagian dari pokok-pokok ajaran agama Baha’i tersebut telah disosialisaikan secara gencar oleh sebagian kalangan, dengan nama baru yaitu pluralisme agama. (Lihat tulisan berjudul Pluralisme Agama, Gagasan Orang Dungu di nahimunkar.com edisi May 2, 2008 4:19 am).

Rumah ibadah, bagi pengikut (agama) Baha’i bukanlah sebuah tempat yang eksklusif bagi kalangannya saja, tetapi merupakan tempat terbuka bagi penganut dari semua agama. Kalau benar demikian, tentu timbul dalam pertanyaan sebagian orang, “… bagaimana seandainya yang masuk ke rumah ibadah agama Baha’i itu adalah seseorang atau sekelompok orang yang justru bertentangan dengan paham dan keyakinan Baha’i, dan ia atau mereka memasuki rumah ibadah Baha’i justru untuk memaki-maki Baha’ullah, menista pokok-pokok ajaran Baha’i…?” Sedangkan ibadah, bagi agama Baha’i terdiri dari pembacaan Tulisan Suci Baha’i dan Tulisan Suci agama-agama lain, dan diperbolehkan pula adanya iringan musik tanpa instrumen (akapela).

Tidak ada khotbah, ritus atau pendeta. Menurut klaim mereka, tiap tahun jutaan orang dari semua agama di dunia mengunjungi rumah-rumah ibadah Baha’i untuk berdoa dan bermeditasi. Lhah, ini rumah ibadah atau tempat rekreasi? Mengenai jumlah pengikut Baha’i dapat dilihat pada Wikipedia. Berdasarkan The World Almanac and Book of Facts 2004, kebanyakan penganut Baha’i hidup di Asia (3,6 juta), Afrika (1,8 juta), dan Amerika Latin (900.000). Menurut beberapa perkiraan, masyarakat Baha’i yang terbesar di dunia adalah India, dengan 2,2 juta orang Baha’i, kemudian Iran, dengan 350.000, dan Amerika Serikat, dengan 150.000. Selain negara-negara itu, jumlah penganut sangat berbeda-beda.

Pada saat ini, belum ada negara yang mayoritasnya beragama Baha’i. Guyana adalah negara dengan persentase penduduk yang beragama Baha’i yang paling besar (7,0%). Salah satu keyakinan Baha’i mengatakan: “… Tuhan adalah Sang Pencipta alam semesta dan Dia bersifat tidak terbatas, tak terhingga dan Maha Kuasa. Tuhan tidak dapat dipahami, dan manusia tidak bisa sepenuhnya memahami realitas Keilahian-Nya. Oleh karena itu, Tuhan telah memilih untuk membuat Diri-Nya dikenal manusia melalui para Rasul dan Nabi, seperti Ibrahim, Musa, Krishna, Zoroaster, Budha, Isa, Muhammad, dan Baha’ullah. Para Rasul dan Nabi yang suci itu bagaikan cermin yang memantulkan sifat-sifat dan kesempurnaan Tuhan.

Mereka merupakan saluran suci untuk menyalurkan kehendak Tuhan bagi umat manusia melalui Wahyu Ilahi, yang terdapat dalam Kitab-kitab Suci berbagai agama di dunia. Wahyu Ilahi adalah ‘Sabda Tuhan’ yang dapat membuka potensi rohani setiap individu serta membantu umat manusia berkembang terus menerus menuju potensinya yang tertinggi.” Penjelasan di atas menunjukkan bahwa (agama) Baha’i telah memposisikan Krishna, Zoroaster, Budha sebagai salah satu dari sekian banyak Rasul dan Nabi yang suci (maksum). Belum tentu penganut agama lain setuju dengan konsep kenabian model Baha’i ini. Bagi umat Kristen, Isa atau Yesus adalah (anak) Tuhan, bukan sekedar cermin atau saluran bagi kehendak Tuhan. Dipiara untuk dimunculkan saat-saat diperlukan?

Ajaran Baha’i meski tidak bisa berkembang pesat, namun eksistensinya tetap terjaga. Kadang terkesan sebagai sesuatu yang dipelihara, kapan-kapan dimunculkan ketika diperlukan

Ajaran Baha’i meski tidak bisa berkembang pesat, namun eksistensinya tetap terjaga. Kadang terkesan sebagai sesuatu yang dipelihara, kapan-kapan dimunculkan ketika diperlukan. Sebagaimana sekarang ini (di sela-sela perpolitikan lagi sangat ramai dan kasus Bank Century lagi pada 2009 mencuat dengan usulan penggunaan hak angket DPR dan bulan Ramadhan 2014 yang memanskan suasana Ramadhan dengan Pilpres ) tahu-tahu di mana-mana secara berbarengan aneka aliran sesat tiba-tiba secara serempak nongol.
Kok bisa ya? Masa’ sesatnya berbeda-beda kok bisa nongolnya bareng-bareng di mana-mana. Di Mojokerto ada aliran Santriloka, tidak mewajibkan para pengikutnya untuk menunaikan salat lima waktu. Selain itu ajaran ini juga tidak mewajibkan pengikutnya menunaikan ibadah puasa.

Bahkan para santri yang dibaiat syahadat, harus menyerahkan uang sedikitnya Rp 100 ribu yang dicampur dengan bunga tertentu. Di Lombok Timur: Warga Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, dihebohkan dengan informasi munculnya seorang nabi di Dusun Dasan Tinggi, Kecamatan Sambelia, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Warga Dusun Dasan Tinggi, Desa Sambelia, Kecamatan Sambelia, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, yang terletak 100 kilometer dari Kota Mataram dikejutkan pengakuan Bakri Abdullah, yang mengaku telah melakukan Mi’raj ke langit ke tujuh untuk menerima wahyu. Bakri menuturkan, dirinya melakukan perjalanan ke langit ke tujuh untuk mendapatkan wahyu Allah, yang berisi enam butir perintah tuhan.

Dari pengakuannya Bakri melakukan perjalanan Mi’raj tersebut dua tahun yang lalu. Sejak saat itu lah, Bakri mulai menyebarkan ajarannya ke sejumlah daerah hingga memperoleh 30 pengikut yang berasal dari desa tempat tinggalnya. (Metro Hari Ini / Sosbud / Kamis, 15 Oktober 2009 18:54 WIB, Metrotvnews.com) Di Kabupaten Tulungagung, Propinsi Jawa Timur, muncul agama baru yang diduga sesat. Namanya agama Baha’i. Kitab sucinya Akhdas. Kiblatnya, Gunung Caramel di Israel.(Telah Lahir Agama Baru di Tulungagung, 25/10/2009 – 23:50 (http://inilah.com/berita/politik/2009/10/25/172651/telah-lahir-agama-baru-di-tulungagung/)

Di Tangerang ada Padepokan Merah Putih, sering ada acara ramai-ramai di sana, “Memang pada malam-malam tertentu di situ ramai. Banyak mobil dan kendaraan. Tapi saya nggak tahu ada apa di dalam,” ujar Yitno di bilangan Pondok Rajeg, Cipulir, Tangerang, daerah tempat kegiatan si Romo ini berlangsung. Siapa Romo? Oleh pengikutnya, ia digelari sebagai “Paduka Yang Mulia Romo Agung Kanjeng Gusti Pangeran HM. Syah Awalul Islam SS Malikul Koesno Raden Sosro Soekarno Alif Lam Mim (dalam tulisan Arab) Yang Maha Kuasa.” Meski gelarnya panjang, pengikutnya sering memanggil Romo. “Dia itu mengaku wujud Allah,” kata Samiatun dengan memberikan bukti berkas-berkas aliran milik suaminya yang masih tersimpan.

Menurut laporan Samiatun ke Polres Bekasi, Romo inilah yang banyak memberikan doktrin ajaran kepada suaminya, Muhammad Solihin (41). Bahkan Samiatun beberapa kali mengikuti ajakan suaminya. Yang mengagetkan, para anggotanya tidak diwajibkan shalat fardhu dan puasa. Di samping itu para anggota juga memiliki kartu anggota untuk masuk surga. Selain itu, menurut Samiatun, anggota kelompok ini diharuskan untuk melakukan sumpah darah. Yakni, sumpah kesetiaan kepada Sang Romo dengan cap tangan darah. Bagi yang melanggar ketentuan sumpah harus siap menerima hukuman. Samiatun juga kaget, tiba-tiba Solihin ikut kegiatan seorang yang dipanggil Romo sejak tujuh bulan lalu. Awalnya memang, katanya, suaminya tampak sibuk ikut kampanye dan mengurus partai. “Berangkat pagi pulang subuh. Ternyata, tahu-tahu dia ikut aliran Romo itu,” jelas Samiatun kepada www.hidayatullah.com. (www.hidayatullah.com, Monday, 26 October 2009 22:46 Nasional).

Mungkin di sana-sini akan muncul lagi aliran yang aneh-aneh, hingga perhatian Ummat Islam akan tertuju ke arah itu. Sedang penanganannya, kemungkinan sebagaimana biasanya, ya berlarut-larut. Tidak ada kejelasan, apalagi ketuntasan, apalagi pelarangan. Dan kalau toh dilarang, nantinya ya diopeni lagi. Contoh kongkritnya, Islam Jama’ah yang telah dilarang oleh Kejaksaan Agung tahun 1971 kenyataannya sampai kini merejalela dengan sandi 354.

Bahkan mereka mau minta jatah untuk masuk ke MUI. Kalau sampai MUI menerima Islam Jama’ah atau 354 sebagai aliran yang tidak sesat, bahkan memberi jatah kepada mereka untuk masuk ke MUI, maka insya Allah orang-orang MUI doanya tidak akan diijabahi oleh Allah, sebagaimana para pentolan Islam Jama’ah atau 354 itu do’anya tidak diijabahi. Karena mereka adalah tergolong orang-orang yang ditolak doanya, karena sebagai ‘assyaar (pemungut persepuluhan harta orang tidak sesuai syari’at). Hal itu termasuk dalam ancaman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam:

 عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : { تُفْتَحُ أَبْوَابُ السَّمَاءِ نِصْفَ اللَّيْلِ فَيُنَادِي مُنَادٍ هَلْ مِنْ دَاعٍ فَيُسْتَجَابُ لَهُ ؟ هَلْ مِنْ سَائِلٍ فَيُعْطَى ؟ هَلْ مِنْ مَكْرُوبٍ فَيُفَرَّجُ عَنْهُ ؟ فَلَا يَبْقَى مُسْلِمٌ يَدْعُو دَعْوَةً إلَّا اسْتَجَابَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ إلَّا زَانِيَةً تَسْعَى بِفَرْجِهَا أَوْ عَشَّارًا } . رَوَاهُ أَحْمَدُ وَالطَّبَرَانِيُّ وَاللَّفْظُ لَهُ صحيح الترغيب والترهيب – (ج 2 / ص 305) 2391 – ( صحيح )

 Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Pintu-pintu langit dibuka tengah malam maka pemanggil menyeru, adakah yang berdoa, maka (pasti) diijabahi baginya. Adakah yang meminta, maka (pasti) diberi. Adakah yang dirundung keruwetn, maka (pasti) dilapangkan darinya. Maka tidak tersisa seorang muslim pun yang berdoa dengan suatu doa kecuali Allah ‘Azza wa Jalla mengabulkan baginya kecuali pezina yang berusaha dengan farjinya (kemaluannya) atau pemungut (harta orang) persepuluhan. (HR Ahmad dan At-Thabarani, lafal ini bagi At-Thabrani, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih at-Targhib wat-Tarhib nomor 2391).

 Nah, para pentolan Islam Jama’ah atau 354 dengan jajarannya itu tiap bulannya memungut sepersepuluh harta tiap orang yang dianggap sebagai jamaahnya. Bahkan kalau waktu-waktu tertentu seperti menjelang lebaran, khabarnya pemungutan pun bertambah tinggi.

Apakah bukan عَشَّارًا yang doanya tertolak dan disejajarkan dengan pelacur, mereka itu? MUI dan para tokoh Islam serta Ummat Islam pada umumnya, bahkan orang-orang Islam Jamaah atau 354 perlu waspada terhadap masalah ini. Kembali ke masalah Baha’i, meski tidak bisa berkembang pesat, namun eksistensinya tetap terjaga. Bahkan, sebagian pokok-pokok ajarannya dikemas menjadi agama baru sebagaimana ditawarkan kelompok sesat Lia Aminuddin yang kemudian bernama Lia Eden.

 Juga, disosialisasikan oleh kalangan sepilis (sekulerisme, pluralisme agama, dan liberalisme) dan pengusung konsep kesetaraan gender yang menggerayangi bahkan menggerus aqidah generasi Ummat Islam lewat perguruan-perguran tinggi Islam se-Indonesia dan media massa pada umumnya. Ummat Islam dan pemerintah sebaiknya waspada terhadap wajah lain Baha’i ini.

Karena wajah asli Baha’i di Indonesia terkesan ndeso, tetapi wajah polesan baru Baha’i – tanpa menamakan diri sebagai Baha’i– tampil dengan kesan yang lebih perkotaan dan intelek. Hingga ada yang mencalonkan diri untuk memimpin organisasi Islam. Jangan malah yang asli dipiara, dan kapan-kapan diperlukan lalu dimunculkan untuk mengalihkan perhatian Ummat Islam, sedang yang keturunannya dengan wajah lain diberi gaji dan didanai untuk merusak aqidah Ummat Islam lewat lembaga pendidikan tinggi Islam. Itu namanya justru seperti yang dikecam oleh Allah Ta’ala:

 وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لاَ تُفْسِدُواْ فِي الأَرْضِ قَالُواْ إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ ﴿١١﴾ أَلا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَـكِن لاَّ يَشْعُرُونَ ﴿١٢﴾ وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُواْ كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُواْ أَنُؤْمِنُ كَمَا آمَنَ السُّفَهَاء أَلا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاء وَلَـكِن لاَّ يَعْلَمُونَ ﴿١٣﴾ 011. 

Dan bila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.”012.Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.013. Apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman”, mereka menjawab: “Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?” Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu. (QS Al-Baqarah/ 2: 11, 12, 13).

 Allah Ta’ala mensifati orang-orang seperti itu dengan firman-Nya:

 يُخَادِعُونَ اللّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلاَّ أَنفُسَهُم وَمَا يَشْعُرُونَ ﴿٩﴾ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللّهُ مَرَضاً وَلَهُم عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ ﴿١٠﴾ 009.

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.010. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. (QS Al-Baqarah/2: 9, 10).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.