Jangan Keliru Memaknai Rizki

Oleh. Riska Layla 

Bagi sahabat saung muslim yang sering diresahkan masalah rizki, ada baiknya anda merenungkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala surat Hud ayat ke enam berikut ini:

وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللّهِ رِزْقُهَا.

 “Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya”.

Kata daabbah, menurut Imam Ibnu Katsir  berarti hewan yang berjalan di bumi dengan perut menempel–termasuk hewan melata. Kalau kita renungkan, ternyata hewan yang rendah seperti itu saja dijamin rizkinya oleh Allah, lalu bagaimana dengan manusia yang diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya? Manusia yang hadir di dunia dengan perintah khusus untuk beribadah kepada Allah Ta’ala, pastilah Allah lebih menjamin rizkinya.

Karena itu sobat saung muslim yang berbahagia, janganlah kita keliru memaknai rizki sebagai angka gaji, sebagai deretan angka-angka yang kita kumpulkan dalam hidup. Bukanlah, demikian.

Makna sejati dari rizki adalah seperti yang telah disabdakan oleh nabi shallallahu ‘alaihi wa salam,
“ … Rizki adalah yang kita makan sampai habis. Apa yang kita pakai sampai usang. Apa yang kita nafkahkan di jalan Allah lalu pahalanya mengalir untuk kita …” (HR. Muslim).

Soal rizki juga bukanlah selalu bermakna ‘apa yang kita punya’. Bisa kita saksikan di sekitar kita, betapa banyak orang yang punya mobil tapi tidak kuat menaikinya. Ada yang mampu bembeli ranjang empuk yang mahal, tapi tidak mampu membeli tidur yang nyenyak. Betapa banyak orang yang sanggup membeli makanan mahal nan lezat, tapi tak mampu membeli rasa menikmati rizki yang telah diberikan oleh Allah. Lezatnya rizki telah Allah cabut dari sebagian mereka.

Rizki bagi kita adalah sesuatu yang keluar masuk menjadi kenikmatan, lalu rizki itu menjadi berkah ketika kita mentaati Allah dan semakin taat pada Allah. Semakin khusyuk beribadah, semakin bermanfaat bagi sesama, semakin giat beramal shalih karena rizki itu.

Soal rizki tidak penting kita punya apa. Tidak penting kita punya cita-cita ingin memiliki apa. Tidak penting apa-apa saja yang akan kita raih di dunia ini. Jauh lebih penting adalah memikirkan jawaban apa atas rizki yang telah Allah berikan. Seperti ketika kita kecil meminta uang saku pada ibu, pasti akan ditanya “Untuk apa?”. Pada Allah pun lebih dari untuk apa, tetapi akan ditanya “Dari mana engkau dapat dan digunakankan untuk apa?”

Jika mengambilnya dari jalan yang halal. Pertanyaan pun belum selesai, pasti akan ditanya, “Digunakan untuk apa?”

Maka, mempersiapkan jawaban sejak berada di dunia akan lebih utama. mempersiapkan jawaban akan meringankan hisab dihadapan Allah. Wallahu a’lam.

Referensi Gambar:
http://aboutislam.net/reading-islam/about-muhammad
Inspirasi: Salim A Fillah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.